Pelaku Industri Kreatif Diskusi di MCC Malang, Menuju Kejayaan Malang Raya

Berita129 Dilihat

Sekitar 50an peserta menghadiri acara Diskusi Kreatif bersama Bank Indonesia dan STASION di Amphiteater Room lantai 5 MCC Malang.

eMYetrans.com – Narasumber dalam diskusi ini menghadirkan pelaku industri fashion, Dr. Agus Sunandar. Akademisi dari Polinema, Dr Aang Afandi. Founder Jagoan Indonesia, Dias Satria Ph.D. Bertindak sebagai moderator, M Ziaelfikar Albaba sekaligus Koordinator STASION.

Diskusi Kreatif mengambil tema “Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Digital Malang Raya Menuju Kejayaan Ekonomi Indonesia”, pada Jumat, 24 November 2023.

Tema tersebut menarik menjadi perhatian, mengingat seperti yang dilansir indiekraf.com, dapat diketahui berbagai permasalahan yang mungkin juga menjadi problema bagi daerah lain.

Seperti yang tampak selama ini, meski industri dan ekonomi kreatif di Malang tampak terus tumbuh dan berkembang, namun hal tersebut tidak membuat insan kreatif di Malang Raya bersantai. Masih banyak keresahan yang mereka rasakan hingga saat ini.

Keresahan Pelaku Ekonomi Kreatif Malang

Beberapa keresahan tersebut antara lain seperti masih minimnya akses permodalan, literasi, karakteristik dan ciri khas dari Kota Malang, serta juga bagaimana belum adanya ketersambungan dan kesinambungan dari akademisi dan pelaku industri kreatif.

Poin-poin tersebut menjadi arena diskusi yang menarik. Beberapa tanggapan terkait masalah tersebut, menurut Agus Sunandar adalah perlunya menciptakan ekosistem pasar.

“Industri kreatif tidak bisa berdiri sendiri, mereka butuh pasar dan permintaan. Dalam hal ini kita harus menciptakan pasar. Saya sendiri melakukannya melalui pembentukan komunitas. Sehingga bisa tercipta ekosistem untuk ekrafnya,” ucap Agus Sunandar mamaparkan.

Ciri Khas dan Ikon di Malang

Persoalan ciri khas yang kemudian bisa dijadikan ikon bersama untuk terciptanya ekosistem pasar menjadi perhatian Dr Aang. Ia pun menyebut daerah Yogyakarta sebagai contohnya.

“Dari pengamatan saya, di Malang belum memiliki ciri khas yang luar biasa dan jadi ikon bersama. Seperti halnya di Yogyakarta. Ini yang harus kita ciptakan, dan nantinya akan membentuk ekosistem bersama, mulai produsen, pemerintah hingga customer. Tidak bisa kalau bergerak secara parsial,” ungkapnya.

Korelasi Pelaku Ekraf dan Akademi

Korelasi dan hubungan antara pelaku ekraf dengan akademisi mendapatkan perhatian dari Dias Satria. Menurutnya, ke depan perlu ada kolaborasi yang lebih baik antara industri dengan akademisi yang selama ini memang intens melakukan penelitian dan pengembangan.

“Antara industri kreatif dan akademisi harus terus intens terkoneksi. Apapun jenis industri kreatifnya, mulai kriya hingga digital. Karena memang di ranah akademisi bisa melakukan penelitian dan pengembangan. Begitu juga dengan para peneliti yang harus bisa lebih intens lagi dalam memahami kebutuhan industri. Yang mana hasil penelitiannya sebisa mungkin memberikan manfaat kepada masyarakat dalam waktu lama,” pungkas Dias.

Dukungan dan Kesinambungan

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Achmad Subarkah mengutarakan, bahwa forum – forum diskusi seperti ini yang mampu mempertemukan para pemangku kebijakan di ekosistem industri kreatif perlu terus diadakan, guna bisa mendapatkan solusi bersama.

“Harapannya, semoga ke depan tidak hanya menjadi catatan notulensi, namun solusi – solusi yang kita dapatkan di forum seperti ini, bisa terwujud dalam action plan yang nantinya akan membawa Malang Raya menuju kejayaan ekonomi. Dalam hal ini Bank Indonesia tentu akan terus memberikan dukungan dalam beragam bentuk,” ungkapnya optimis.

Diskusi bersama yang dihadiri para pelaku industri kreatif dari beragam sektor, akademisi, perwakilan pemerintah, media, perbankan dan beragam komunitas yang terkait dengan ekonomi kreatif bersepakat, Malang Raya masih perlu banyak perbaikan untuk terwujudnya ekosistem industri kreatif yang sehat dan mampu membawa kejayaan bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed