Haul Guru Sekumpul 2024 Diharapkan Steril dari Politik

Berita143 Dilihat

Haul Guru Sekumpul 2024 ke-19 diharapkan steril dari politik. Hal itu ditekankan dalam rapat bersama yang dilaksanakan oleh Badan Kesbangpol Kabupaten Banjar dan dihadiri seluruh stakeholder terkait pada Jumat, 17 November 2023.

eMYetrans.com – Rapat haul Guru Sekumpul 2024 tersebut bertujuan guna mencari kesepakatan demi kelancaran pelaksanaan haul. Pasalnya, meski tanggal pelaksanaan Haul Abah Guru Sekumpul atau KH Muhammad Zaini Ghani belum dipastikan, kemungkinan terlaksana antara 14-21 Januari 2024.

Seperti diketahui bersama, pada tanggal tersebut, sudah memasuki tahapan masa kampanye Pemilu 2024.

Sekretaris Badan Kesbangpol Banjar, Wasis Nugraha menuturkan bahwa rapat koordinasi ini menyikapi terkait masa kampanye yang dimulai dari tanggal 28 November 2023 – 10 Februari 2024. pada bulan Februari 2024 ini juga kegiatan haul Abah Guru Sekumpul ke 19.

“Jadi kita rapat koordinasi ini untuk menyikapi terkait kampanye yang juga pada saat kampanye itu agenda rutin yakni haul Abah Guru Sekumpul. Jadi bagaimana terkait dengan baliho atau spanduk para caleg dan capres dan cawapres,” ungkapnya.

Pesan Ahli Waris, Steril dari Politik

Acara haul Guru Sekumpul 2024 steril dari politik disampaikan dari pihak perwakilan relawan posko induk Sekumpul, H Abdel Rahman Ramadhani. Ia mengatakan, keputusan itu sesuai amanah dari ahli waris Sekumpul.

“Karena ahli waris minta kegiatan haul bersih atau steril dari politik, demi menjaga kemurnian haul itu sendiri,” ucapnya usai rapat.

Abdel mengaku belum mengetahui kepastian kapan haul Sekumpul ini akan diumumkan ke publik atau tidak. Pasalnya di pelaksanaan haul tahun lalu ahli waris menyatakan tanggal haul bisa saja tidak diumumkan ke publik, namun haul akan terus dilaksanakan tiap tahun.

“Kami menghimbau dan berharap agar tidak ada alat peraga kampanye saat haul. Kami hanya sekadar mengimbau, jika dilaksanakan alhamdulillah jika tidak juga tidak masalah, namun itu akan berdampak sanksi sosial,” ungkap Abdel.

Menunggu Kepastian

Terkait himbauan acara haul steril dari kegiatan politik, pihak partai politik yang hadir sepakat dan mendukung bahwa saat kegiatan Haul Abah Guru Sekumpul harus bersih dari kegiatan politik. Namun pihak parpol masih menunggu kepastian batas wilayah mana saja yang bebas dari politik.

Pada rapat tersebut, belum diambil keputusan bersama hingga akan dilaksanakan kembali pada rapat selanjutnya.

Sekretaris Badan Kesbangpol Banjar, Wasis Nugraha berharap agar seluruh pihak terkait bisa memahami aturan ini. “Kita menghormati kemurnian haul Abah Guru Sekumpul, tentunya kita sudah tahu bagaimana kondisi lingkungan saat kegiatan haul di Sekumpul,” ujarnya

Sementara, Ketua Bawaslu Banjar M Hafizh Ridha mengapresiasi Pemkab Banjar melalui Kesbangpol mengumpulkan semua pihak untuk membangun kesepahaman bersama guna mendukung kelancaran dan kemurnian Haul Abah Guru Sekumpul.

“Kita juga mengapresiasi pihak parpol sepakat dan berkenan menertibkan baliho kampanye saat haul. Nantinya mungkin akan ada sterilisasi sebelum dan sesudah acara haul,” pungkas Hafizh.

Riwayat Singkat Guru Sekumpul

Muhammad Zaini bin Abdul Ghani yang populer dipanggil Abah Guru Sekumpul adalah seorang ulama besar asal Kalimantan Selatan. Beliau lahir di Desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel pada 11 Februari 1942 atau 27 Muharram 1361 H.

Abah Guru Sekumpul adalah keturunan ke-8 dari ulama besar Banjar, Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Yakni, KH. Muhammad Zaini Ghani bin Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Samman bin Saad bin Abdullah Mufti bin Muhammad Khalid bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Datu Kalampayan).

Abah Guru Sekumpul, dilahirkan dari pasangan keluarga sederhana. Ayahnya bernama Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman, dan ibunya bernama Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.

Sejak usia 5 tahun, Abah Guru Sekumpul telah belajar Al-Qur’an dengan Guru Hasan Pesayangan. Pada usia 6 tahun beliau mengenyam pendidikan di Madrasah Kampung Keraton.

Kemudian Guru Sekumpul masuk ke Madrasah Diniyyah Pondok Pesantren Darussalam Martapura di usia 7 tahun. Pada usia yang masih belia ini beliau telah menghafal Al-Qur’an. Lalu pada 9 tahun mampu menghafal Tafsir Jalalain karya Jalal al-Din al-Suyuti dan Jalal al-Din al-Mahalli.

Masa muda Abah Guru Sekumpul dihabiskan dengan menuntut ilmu. Pada 1949-1961 Abah Guru Sekumpul menempuh pendidikan di Pesantren Darussalam.

Mengutip Jatman.or.id, selama 12 tahun itu ia belajar mulai tingkat Tahdhiry/ Ibtida’iy, dilanjut ke tingkat Tsanawiyah pada 1955, dan menyelesaikan pendidikannya pada 1961 di usia 19 tahun. Guru Ijai lulus dengan nilai jayyid mumtaz.

Di samping mengenyam pendidikan di Pesantren Darussalam, Abah Guru Sekumpul juga belajar di kediaman para ulama di sekitar Martapura. Belajar seperti ini lazim dilakukan oleh para santri di Pesantren Darussalam.

Selain itu, Abah Guru Sekumpul juga belajar dengan sejumlah guru di luar daerah Martapura. Beliau pernah belajar ke KH. M. Aini di Kampung Pandai Kandangan dan KH. Muhammad di Gadung Rantau.

Pada 1965 di usianya yang ke-23 tahun, Guru Ijai bersama pamannya, KH Semman Mulya berangkat ke Bangil. Di sana beliau mendapat bimbingan spiritual oleh Syekh Muhammad Syarwani Abdan selama beberapa waktu.

Sang guru kemudian menyuruh Abah Guru Sekumpul muda berangkat ke Makkah menemui Sayyid Muhammad Amin Qutbi untuk mendapat bimbingan sufistik darinya. Sambil menunaikan ibadah haji, Abah Guru Sekumpul mendapat bimbingan langsung dari Sayyid Muhammad Amin Kutbi dan dihadiahi sejumlah kitab tasawuf.

Namun sebelum berangkat ke Tanah Suci, beliau terlebih dahulu menemui Kyai Falak (Mama Falak) Bogor sampai akhirnya memperoleh ijazah serta sanad suluk dan thariqah.

Garis keilmuan Abah Guru Sekumpul tersambung dengan sejumlah ulama besar di Makkah. Hal ini terlihat dari beberapa sanad bidang keilmuan dan thariqah yang diambilnya dari beberapa ulama di antaranya, Sayyid Muhammad Amin Qutbiy, Sayyid ‘Abd al-Qadir al-Bar, Sayyid Muhammad bin ‘Alwiy al-Malikiy, Syekh Hasan Masysyath, Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, Kyai Falak Bogor dan Syekh Isma’il al-Yamani.

Mengutip buku Figur Karismatik Abah Guru Sekumpul karya KH. M. Anshary El Kariem via Gusdurian.net, Abah Guru Sekumpul tidak suka dikenal sejak usia muda. Ia lebih suka sendiri, bepergian di hutan yang sepi.

Salah satu guru mursyidnya, Syekh Muhammad Syarwani Abdan (Guru Bangil) mengakui bahwa Abah Guru Sekumpul lebih suka khumul. “Zaini ini suka khumūl, masyarakat saja yang mempopulerkannya,” katanya kepada sang putra, KH M. Kasyful Anwar.

Berkat jasanya di bidang pendidikan dan dakwah, Abah Guru Sekumpul pernah akan dianugerahi gelar profesor dari salah satu perguruan tinggi. Lagi-lagi tawaran itu ditolak secara halus olehnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed