Ritual di Gunung Kawi Malang, Sejarah Tiga Tempat Ini Disakralkan

Wisata154 Dilihat

Wisata religi atau spiritual Gunung Kawi Malang identik dengan aktifitas ritual. Meski faktanya, tidak semua orang ke Gunung Kawi untuk ritual.

Sebagian orang datang ke sana ada yang memang hanya ingin wisata menikmati keindahan di Keraton Gunung Kawi. Baik dari segi arsitektur, sejarah maupun alamnya.

eMYetrans.com – Dalam artikel ini akan diulas tempat-tempat yang disakralkan di Keraton Gunung Kawi yang kemudian menjadi tempat bagi orang-orang yang melaksanakan ritual.

Keraton Gunung Kawi

Tempat ini adalah bangunan utama yang letaknya di depan kompeks setelah gerbang pintu masuk. Berdasarkan dari prasasti batu tulis di puncak Gunung Kawi dijelaskan bahwa Kraton Gunung Kawi dibangun pada tahun 861 masehi.

Meski disebut keraton, jangan membayangkan sebuah tempat yang megah laksana kerajaan. Bangunan ini fungsinya hanya digunakan untuk tempat pertapaan.

Konon diceritakan, Mpu sindok yang berasal dari kerajaan Mataram adalah seseorang yang mendirikan Keraton Gunung Kawi. Mpu Sindok melakukan pertapaan di sini hingga akhirnya tubuhnya hilang atau mencapai moksa.

Bertapa di tempat ini bukan berarti tidak ada sejarah atau asal usul di masa lalu. Dari berbagai sumber disebutkan, beberapa raja di Jawa pernah melakukan pertapaan di lokasi Keraton Gunung Kawi.

Salah satu raja yang melakukan pertapaan di lokasi itu adalah Prabu Kameswara dari kerajaan Kediri. Beliau memilih untuk turun tahta dan melakukan pertapaan di tempat ini. Tak hanya itu, beliau juga mengikuti jejak Mpu Sindok yaitu moksa.

Jika dulu lebih dikenal dengan istilah pertapaan, cenderung melakukan ritual dalam waktu lama, saat ini istilah tersebut sudah mengalami pergesaran tanpa menghilangkan makna sebenarnya. Penambahan istilah yang dimaksud saat ini adalah menggunakan kata meditasi, tawasulan, berdoa, zikir dan lain-lain sesuai caranya masing-masing.

Area Makam Toenggol Manik Djaja Ningrat dan Toenggol Wati

Terdapat dua makam di Keraton Gunung Kawi. Yakni makam Eyang Tunggul Manik dan istrinya Eyang Tunggul Wati. Kedua tokoh ini konon dipercaya warga sekitar berkaitan dengan keturunan Kerajaan Kediri di Daha, yang menjadi keturunan Mpu Sindok dari Kerajaan Mataram.

Menurut penjaga Keraton, keduanya berasal dari Kediri dan memiliki hubungan dengan Mpu Sindok dan Prabu Kameswara I. Pada nisan Eyang Tunggul Manik tertulis angka 1115 masehi, sebagai tahun di mana Eyang Tunggul Manik wafat.

Terkait sejarah tersebut, salah seorang sejarawan asal Malang, Suwardono pernah mengatakan, seperti dilansur detik.com, bahwa belum pernah ditemukan peninggalan arkeologi yang menyampaikan Mpu Sindok di Gunung Kawi.

Keberadaan Keraton Gunung Kawi atau dikenal dengan Sanggar Pamujan mulai ada bersamaan dengan pesarean Gunung Kawi.

Menurut Suwardono, Keraton Gunung Kawi dikaitkan dengan Kerajaan Kediri ataupun Mpu Sindok hanya lah cerita yang berkembang di masyarakat. Tanpa didukung oleh catatan sejarah berupa prasasti atau bentuk lainnya.

Berbeda ketika menelusuri lereng Gunung Kawi sebelah barat, jejak Mpu Sindok memang ditemukan yaitu Candi Songgoriti dan juga prasasti Sangguran.

Meski demikian, tempat area makan ini dipercaya sebagai tempat yang sakral untuk melaksanakan ritual.

Pesanggrahan Gunung Kawi

Salah satu lokasi yang biasa digunakan untuk ritual adalah Pesanggrahan Gunung Kawi. Lokasinya terletak paling atas dari kompleks Keraton Gunung Kawi. Di bangunan ini terdapat dua patung kuda, di sisi kanan dan kiri menyambut pengunjung yang tiba.

Untuk sampai ke lokasi, pengunjung harus menaiki belasan anak tangga. Letaknya yang tinggi menjadikan bangunan ini tidak bisa sembarang orang untuk mengaksesnya.

Pesanggrahan ini pun, menurut cerita yang beredar, menjadi lokasi untuk orang-orang dengan tingkatan tinggi dalam bermeditasi. Ada syarat khusus yang harus dipenuhi agar bisa bermeditasi di lokasi ini.

Terlepan dari tiga lokasi ritual di Gunung Kawi, wilayah Kraton Gunung Kawi diketahui terdapat 6 bangunan tempat ibadah dan kepercayaan yang berdiri secara berdampingan.Keenam Bangunan tersebut terdiri dari Gereja, Vihara, 2 bangunan Pura, dan 2 bangunan Pesanggrahan. Kraton Gunung Kawi sendiri terdapat 6 kepercayaan, yakni Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghuchu, dan Kejawen.

Demikian informasi terkait lokasi ritual di gunung Kawi. Semoga menambah khasanah pengetahuan tentang berbagai budaya di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed